Secara sederhana, technical analysis dapat diartikan sebagai suatu studi dan “seni” yang dipakai untuk mengindera kecendrungan harga yang akan datang dengan menggunakan chart maupun perhitungan matematis. Dari pengertian tersebut, bisa dilihat bahwa terdapat dua jenis alat yang dipakai dalam technical analysis, yaitu charting dan quantitative model. Dalam melakukan “pengideraan”, terdapat beberapa asumsi yang dipakai dalam technical analysis, antara lain: pertama, All market fundamentals are depicted in the actual market data.Kedua, Harga yang dibentuk di pasar merupakan refleksi dari seluruh faktor yang ada di pasar. Ketiga, history repeats itself Perilaku para investor dimasa lalu yang terjadi secara berulang-ulang dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perilaku di masa yang akan datang. Keempat, Prices move in trends.Para analisis Teknikal tidak berkeyakinan bahwa pergerakan harga adalah acak dan tidak dapat diprediksi. Harga akan bergerak dalam suatu arah (trend) tertentu dan akan berlanjut untuk beberapa saat.
Analisis teknikal adalah analisis terhadap pergerakan harga atau pengamatan terhadap pergerakan harga yang terjadi detik demi detik, hari demi hari dan jangka waktu tertentu yang ditampilkan dalam bentuk diagram/ chart. Ide utamanya adalah mengggunakan data-data pergerakan harga dari waktu yang lalu (historical) untuk menentukan ke mana arah pergerakan harga selanjutnya. Yang paling penting dari analisis teknikal adalah bagaimana analisis tersebut mampu mengenali trend sedini mungkin. Secara garis besar ada dua teknik analisis tekhnikal yaitu:
1. Price Chart
Jika dikaitkan dengan harga yang terbentuk di pasar, chart dapat diartikan sebagai gambaran ulah para pelaku pasar dalam melakukan aktivitas jual-beli yang digambarkan dalam bentukgrafik. Pertama, Bar chart. Bar chart adalah chart atau grafik berebntuk balok tegak lurus yang menggambarkan harga tertinggi (the highest price) dan harga terendah (the lowest price). Diantara harga tertinggi dan terendah tersebut, terdapat harga pembukaan (opening price) yang terletak di sisi kiri dan harga penutupan (closing price) yang terletak di sisi kanan. Kedua, Candlestick chart. Candlestick Chart sering disebut dengan Japanese Candles karena pernah digunakan orang jepang untuk menganalisa harga kontrak padi. Mirip dengan bar chart, candlestick chart juga menampilkan harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi, dan harga terendah. Hanya saja, candlestick chart lebih menekankan pada hubungan antara harga pembukaan dengan harga penutupan. Dalam penggunaan candlestick, terdapat beberapa pola yang masing-masing memiliki arti tersendiri, diantaranya adalah: Pola Bullish dan Pola Bearish. Pola bullish terjadi saat harga pembukaan berada di dekat harga terendah dan harga penutupan berada di dekat harga tertinggi. Warna balok yang menandai bullish adalah hijau atau putih. Pola bearish terjadi saat harga pembukaan berada di dekat harga tertinggi dan harga penutupan berada di dekat harga terendah. Warna balok yang menandai bearish adalah merah atau hitam.
Ketiga, Point & figure chart. Chart ini dibentuk oleh kombinasi “X” dan “0? yang menggambarkan kenaikan (increase) dan penurunan (decline) harga. “X” menunjukkan pembelian (kenaikan harga) karena demand melebihi supply dan “0? menunjukkan adanya penjualan ( penurunan harga) karena supply melebihi demand. P&F Chart adalah grafik yang tidak memiliki basis waktu dan hanya memberi informasi hanya apabila ada perubahan harga.
2. Quantitative Model
Analisis teknikal menggunakan hasil dari model dan persamaan matematis untuk kemudian “dituangkan” dalam bentuk grafik. Grafik tersebut kemudian akan menjadi indikator teknikal (technical indicators) untuk memprediksi harga dan pasar. Berikut adalah beberapa model-model kuantitatif yang banyak dipakai oleh para analis teknikal. Pertama, Moving average (MA). Moving averages atau rata-rata bergerak adalah salah satu trend indicator yang dilakukan dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan, mencari rata-ratanya kemudian menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode yang akan datang. Metode ini disebut rata-rata bergerak karena setiap kali data observasi baru tersedia, maka angka rata-rata baru dihitung dan digunakan sebagai ramalan (forecast). MA dapat dihitung dengan menggunakan segala macam rangkaian data, misalnya open price, close price, low price, high price, volume, dan lain-lain.
Dalam MA, terdapat beberapa metode yang biasa dipakai, yaitu single, exponential, weighted, triangular, dan variable. Kelima metode tersebut dibedakan dari bobot yang diberikan untuk masing-masing metode. Dalam single MA, diberikan bobot yang sama untuk setiap data, exponential dan weighted memberi bobot yang lebih besar untuk data terkini, triangular memberi bobot lebih besar untuk data ditengah dan variable mengubah bobot berdasar volatilitas harga. Dibawah ini adalah gambaran salah satu metode MA yang sering dipakai yaitu single moving average. Single moving average memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
- Untuk membuat forecast diperlukan data historis selama jangka waktu tertentu.
- Semakin panjang jangka waktu moving averages, efek pelicinan semakin terlihat dalam peramalan atau menghasilkan moving averages yang semakin halus.
Penggunaan periode dalam MA dibagi menjadi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan masing-masing titik intervalnya adalah 5,15 dan 30. Pedoman yang digunakan dalam jual bell dengan menggunakan MA adalah:
- Isyarat beli ditandai apabila kurva MA jangka pendek dan jangka menengah memotong dari bawah sampai ke atas kurva MA jangka panjang.
- Isyarat jual ditandai bila kurva MA jangka pendek dan jangka menengah memotong dari atas sampai ke bawah kurva MA jangka panjang.
Kedua, Bollinger Bands. Bollinger Bands adalah volatility indicator karya John Bollinger dengan tiga line, yaitu upper, lower, dan simple moving average. Upper bands merupakan band berjarak 2 standar deviasi di atas simple moving average (= middle band), sedangkan lower bands merupakan band berjarak 2 standar deviasi dibawah simple moving average. Karena standard deviation adalah ukuran volatilitas, maka bands dapat menyesuaikan diri: melebar manakala pasar bergejolak dan menyempit manakala pasar tenang. Dalam penggunaannya,Bollinger merekomendasikan untuk menggunakan n (jangka waktu) sebesar 20 moving average dengan simple moving average dan 2 standar deviasi. Pedoman dalam menggunakan Bollinger Bands:
- Semakin dekat harga bergerak ke arah upper band, menandakan overbought
- Semakin dekat harga bergerak kea rah lower band, menandakan oversold.
Ketiga, Relative Strength Index (RSI). RSI adalah sebuah oscillator yang mengukur kekuatan valas dengan cara memonitor (memantau) perubahan-perubahan yang terjadi pada harga penutupan. RSI yang pertama kalinya diperkenalkan oleh Welles Wilder ini merupakan indikator utama atau indikator yang bersifat koinsiden dan bukan indicator penyerta.RSI memiliki formula yang cukup sederhana sebagai berikut:
RSI = 1004100/(1+RS))
Dimana : RS = (Avg. of n-day up closes)/ (Avg.of n-day down closes)
n = days (most analysts use 9-15 day RSI)
RSI memiliki jarak antara 0 sampai dengan 100. Suatu valas dikatakan overbought (0/B) jika berada pada level sekitar 70 dan menandakan saat untuk menjual (pada pasar yang bullish, overbought bisa berada pada level 80), sedangkan jika RSI berada pada level 30, valas dikatakan oversold (0/S) dan menandakan saat untuk membeli. Pedoman jual-beli dalam RSI:
- Isyarat beli ditandai saat indicator RSI kembali melintas di atas level 30 ( ambang bawah).
- Isyarat jual ditandai saat RSI kembali merosot ke bawah level 70 ( ambang atas).
Keempat, Stochastics.Stochastic oscillator didasarkan pada teori bahwa harga cendrung di tutup mendekati batas atas rentang perdagangan selama kecendrungan meningkat. Di waktu kecendrungan menjadi mature atau mendekati akhir, akan semakin tegas kecendrungan harga untuk ditutup jauh di bawah batas tertinggi. Stochastic oscillator berjalan di kisaran level 0 hingga 100, dimana tingkat 20 adalah oversold dan tingkat 80 adalah overbought. Oscillator ini bergerak dengan 2 garis, yaitu garis % K yang biasanya ditampilkan dengan garis utuh dan garis % D line yang biasanya ditampilkan dengan garis putus-putus. Cara bertransaksi menggunakan Stochastic:
- Beli ketika oscilator, garis % K atau % D, turun di bawah tingkat tertentu ( misalnya 20) dan kemudian naik ke atas tingkat tersebut lalu jual ketika oscilator naik ke atas tingkat tertentu (misalnya 80) dan kemudian turun di bawah tingkat tersebut.
- Beli ketika garis %K naik ke atas garis % D lalu jual ketika garis % K turun dibawah garis % D.